Minggu, 20 Januari 2013

Sindrom Nefrotik

Apa itu sindrom nefrotik?
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan proteinuria atau terdapatnya protein dalam air seni (lebih dari 3,5 gram per hari), kadar protein darah yang rendah, kadar kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, dan adanya pembengkakan, terutama di sekitar mata, kaki, dan tangan. Seseorang dengan sindrom nefrotik akan kelihatan menjadi lebih gemuk dengan berat badan meningkat, yang sebenarnya disebabkan karena peningkatan cairan tubuh
.
Apa penyebabnya?
Sindrom nefrotik disebabkan oleh adanya kerusakan pada pembuluh darah kapiler pada glomerulus ginjal yang bekerja menyaring “sampah-sampah” tubuh dan kelebihan air pada darah dan mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin. Bila glomerulus bekerja dengan benar, mereka akan menjaga protein tetap berada dalam darah dan tidak bocor ke dalam urin. Ginjal sehat memungkinkan < 1 gram protein untuk dikeluarkan melalui urin dalam sehari. Pada sindrom nefrotik, glomerulus yang rusak bisa menyebabkan 3 gram atau lebih protein “bocor” ke dalam urin selama periode 24-jam. Sebagai akibat dari kehilangan protein, darah kekurangan jumlah normal protein darah yang diperlukan untuk membantu mengatur cairan di seluruh tubuh. Protein bertindak seperti spons untuk menyerap cairan ke dalam aliran darah. Ketika protein dalam darah menjadi rendah, cairan akan terakumulasi di jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan.
Sindrom nefrotik dapat terjadi karena berbagai penyakit. Pada orang dewasa, penyebab paling umum adalah nefropati diabetik (suatu komplikasi penyakit diabetes) dan nefropati membran. Namun demikian, penyebab sindrom nefrotik seringkali tidak diketahui. Kondisi ini juga dapat terjadi sebagai akibat infeksi (seperti radang tenggorokan, hepatitis, atau mononucleosis), penggunaan obat-obatan tertentu, kanker, gangguan genetik, gangguan kekebalan tubuh, atau penyakit yang mempengaruhi beberapa sistem tubuh termasuk diabetes, lupus eritematosus sistemik, beberapa myeloma, dan amiloidosis. Hal ini dapat menyertai kelainan ginjal seperti glomerulonefritis, glomerulosclerosis fokus dan segmental, dan glomerulonefritis mesangiocapillary.
Sindrom nefrotik dapat mempengaruhi semua kelompok umur. Pada anak-anak, kejadian yang paling umum adalah pada usia 2 sampai 6 tahun, dan umumnya merupakan suatu penyakit gangguan system imun. Gangguan ini terjadi sedikit lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Aku pernah membimbing satu penelitian thesis mengenai penyakit ini pada anak-anak dan pengobatannya, dan pada penelitian tersebut dijumpai bahwa sebagian besar adalah merupakan penyakit auto-imun dan semua pasien mendapatkan obat golongan kortikosteroid sebagai imunosupresan dalam jangka waktu lama. Sangat memiriskan……!

Apa saja gejalanya?
Seorang gadis dengan sindrom nefrotik. Terlihat ada pembengkakan wajah (foto kiri), dibanding kondisi normalnya (kanan).
Gejala yang paling umum adalah terjadinya pembengkakan. Ini mungkin terjadi di wajah dan sekitar mata (pembengkakan wajah), pada lengan dan kaki, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, dan di daerah perut (perut bengkak). Gejala lainnya antara lain adalah : urin nampak berbuih, peningkatan berat badan, nafsu makan berkurang, dan tekanan darah tinggi. Untuk memastikan, biasanya akan dilakukan beberapa uji laboratorium, antara lain : pemeriksaan kreatinin serum (umumnya akan tinggi), Blood urea nitrogen (BUN), albumin darah (mungkin rendah), dan urinalisis utk melihat kadar protein dalam urin. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar kolestrol dan trigliserida darah. Biopsi ginjal mungkin juga diperlukan
.
Bagaimana pengobatannya?
Tujuan pengobatan sindrom nefrotik adalah untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi dan menunda kecepatan/progresivitas kerusakan ginjal. Pengobatan terhadap gangguan penyebab kondisi ini juga diperlukan untuk mengendalikan sindrom nefrotik. Pengobatan mungkin diperlukan seumur hidup. Mengontrol tekanan darah merupakan hal yang paling penting untuk menunda kerusakan ginjal. Tujuannya adalah untuk menjaga tekanan darah pada atau di bawah 130/80 mmHg. Obat anti hipertensi seperti Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB) adalah obat yang paling sering digunakan dalam kasus ini. ACE inhibitors juga dapat membantu mengurangi jumlah hilangnya protein ke dalam urin. Kortikosteroid dan obat lain yang menekan sistem kekebalan tubuh juga dapat digunakan. Tingkat kolesterol yang tinggi juga harus ditangani untuk mengurangi risiko masalah jantung dan pembuluh darah. Namun, diet rendah lemak dan rendah kolesterol biasanya tidak begitu bermanfaat bagi orang-orang dengan sindrom nefrotik. Obat untuk mengurangi kolesterol dan trigliserida mungkin diperlukan, obat yang paling sering digunakan adalah golongan statin (misalnya simvastatin).
Pasien dengan sindrom nefrotik juga perlu diet rendah garam untuk mengurangi penahanan cairan tubuh oleh natrium yang menyebabkan pembengkakan di tangan dan kaki. Kadang diperlukan obat diuretik (pelancar air seni) untuk membantu mengurangi cairan tubuh
.
 Bagaimana prognosis atau kemungkinan kesembuhannya?
Hasil pengobatan bisa sangat bervariasi, sindrom nefrotik ada yang bersifat akut dan jangka pendek, dan ada yang kronis dan tidak responsif terhadap terapi. Macam penyebab dan adanya komplikasi juga mempengaruhi hasilnya. Komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom nefrotik antara lain adalah : Aterosklerosis dan penyakit jantung terkait, trombosis vena ginjal, gagal ginjal akut, penyakit ginjal kronis, Infeksi, termasuk pneumonia pneumokokus, malnutrisi, gagal jantung kongestif, dan edema paru.

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keluhan yang umum sekali terjadi pada masyarakat. Berdasarkan prevalensi yang ada, angka kejadian hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu banyak pasien hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya, atau ada yang sudah diobati namun tekanan darahnya masih belum turun sesuai yang diharapkan. Tidak menutup kemungkinan juga bagi pasien-pasien hipertensi yang disertai penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari separuh penderita hipertensi adalah pasien berusia >65 tahun. (Yugiantoro, 2009). Selain itu pasien yang datang ke dokter untuk mengontrol tekanan darahnya hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi. Menurut data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), angka kejadian hipertensi pada tahun 1999 – 2000 pada orang dewasa adalah sekitar 29 – 31%, yang berarti terdapat 58 – 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan angka ini mengalami kenaikan 15 % dari data tahun 1988 – 1991. Hipertensi esensial sendiri adalah 95 % dari seluruh kasus hipertensi.
DEFINISI
Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Biasanya hipertensi ini terkait dengan riwayat genetik yang diturunkan dari keluarga yang pernah menderita hipertensi.

Kusta

Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen (MH), adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Sampai saat ini penyakit kusta masih ditakuti oleh sebagian besar masyarakat. Keadaan ini terjadi karena pengetahuan yang kurang,  pengertian yang salah, dan kepercayaan yang keliru tentang penyakit kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya.


Ketika seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta, ia akan mengalami ketakutan dan trauma yang amat sangat. Hal tersebut muncul dikarenakan pada umumnya pasien kusta merasa rendah diri, takut terhadap penyakitnya dan akan terjadinya kecacatan, serta takut menghadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar.

Keluarga akan menjadi panik dan merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya sehingga berusaha menyembunyikan pasien kusta agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya  dan mengasingkan pasien dari keluarga karena takut ketularan
.
Penjelasan dari Menkes di tahun 2010, secara nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta tahun 2000. Tapi sampai saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai penyumbang pasien baru kusta terbanyak. Masih ada 14 propinsi dan 150 kabupaten yang belum mencapai eliminasi dan yang harus lebih intensif dalam pelaksanaan program kusta.
Sedangkan propinsi dan kabupaten yang sudah mencapai eliminasi masih perlu tetap memberikan komitmennya untuk mempertahankan status eliminasinya dengan melakukan kegiatan pemberantasan kusta secara rutin.
Di Indonesia beberapa upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta adalah melalui penemuan pasien kusta secara dini, pengobatan pasien kusta dengan menggunakan multiobat (Multi Drug Therapy/MDT) di sarana kesehatan yang memadai seperti Puskesmas dan Rumah Sakit, serta penyuluhan kesehatan tentang kusta kepada masyarakat secara langsung dan tidak langsung melalui media. Intinya adalah dengan pengobatan yang tuntas, maka pasien kusta dapat disembuhkan.
Untuk memastikan dan menyatakan (mendiagnosa) seseorang pasien dengan penyakit kusta, dokter atau petugas kesehatan cukup melakukan dengan cara anamnesa / wawancara dan pemeriksaan klinis (memeriksa lesi / bercak putih seperti panu atau bercak merah seperti kadas pada kulit yang tidak gatal, tidak mengeluarkan keringat, tidak ditumbuhi bulu, dan mati rasa atau kurang rasa bila disentuh). Bila ada fasilitas yang memadai, akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
Setelah seseorang didiagnosa menjadi pasien kusta, maka segera akan dilakukan pengobatan terhadap pasien tersebut. Terdapat dua tujuan utama dari pengobatan kusta, yaitu pertama adalah menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita tipe Pausebasiler yang berobat lebih dini dan teratur akan mempercepat sembuh tanpa menimbulkan kecacatan. Akan tetapi pada penderita yang sudah mengalami kecacatan hanya dapat mencegah cacat yang lebih lanjut.
Tujuan kedua adalah untuk memutuskan mata rantai penularan dari penderita terutama tipe yang menular kepada orang lain. Pengobatan kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi berkurang dan akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita tipe Multibasiler ke orang lain dapat terputus.

Luka Bakar

Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang pernah/dapat dialami seseorang adalah rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar. Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau radiasi. Luka bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan kematian.
Luka bakar mempunyai pembagian berdasarkan keparahannya, yaitu :
  • Derajat satu
Derajat ini hanya meliputi bagian luar dari kulit. Pada derajat ini tidak ditemukan adanya lepuh (bula). Luka bakar derajat satu merupakan yang paling sering terjadi. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan bekas dalam waktu dua hingga lima hari.
  • Derajat dua
Kerusakan yang terjadi lebih dalam daripada derajat satu. Dapat terlihat adanya lepuh. Didapatkan rasa nyeri yang hebat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi daripada permukaan kulit normal. Luka bakar derajat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu derajat dua dangkal (superfisial) dan derajat dua dalam (deep)
  • Derajat tiga
Kerusakan yang terjadi lebih dalam lagi daripada derajat dua. Tidak dijumpai adanaya lepuh. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Tidak didapatkan rasa nyeri, karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan bahkan kematian.
Kita sering menjumpai kejadian luka bakar di kehidupan kita sehari-hari. Entah itu karena kompor meledak, tersiram air panas, tersemprot air aki, atau bahkan karena usaha bunuh diri. Namun kita sering sekali bingung mesti berbuat bagaimana. Yang sering kita lihat di lapangan adalah jika terjadi luka bakar segera olesi dengan sabun, kecap, bubuk, atau bahan-bahan yang lainnya.
Pada dasarnya, prinsip yang harus kita pegang jika kita menghadapi kejadian luka bakar adalah :
  • Jauhkan korban dari sumber  yang menyebabkan luka bakar
  • Hentikan proses terbakar
Alirkan air biasa (jangan terlalu panas atau terlalu dingin) pada luka bakar. Cuci bersih bahan kimia (seperti air aki) dengan mengalirkan terus air selama 20 menit atau lebih. Lepaskan semua pakaian dan perhiasan yang mengganggu. Jika terdapat perlekatan pakaian pada kulit, gunting disekitarnya. Jangan berusaha untuk melepas pakaian yang sudah melekat pada kulit.  
  • Lakukan penilaian pertama
Tangani semua hal yang mengancam nyawa. Jika kita tidak dapat menangani, segera panggil bantuan kesehatan
  • Tutup luka bakar
Gunakan bahan yang steril untuk menutup luka bakar. Jangan gunakan mentega, salepe, lotion, antiseptik, atau es pada luka bakar. Jangan memecahkan lepuh yang ada.
  • Pertahankan korban dalam keadaan hangat
Jadi yang perlu diingat adalah jika kita menjumpai luka bakar, segera alirkan dengan air biasa yang mengalir. Jangan diberi salep, kecap, sabun, dll. Lalu setelah itu, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Katarak

A.  DEFINISI
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ).  Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

B.     ETIOLOGI

1.       Ketuaan ( Katarak Senilis )
2.       Trauma
3.       Penyakit mata lain ( Uveitis )
4.       Penyakit sistemik (DM)
5.       Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles )

C.     PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

Stroke

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE


Pengertian

            Stroke atau cedera vaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.

Etiologi

  1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
  2. Embolisme serebral ( bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain)
  3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)
  4. Hemoragi serebral  (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau sekitar otak)

Tanda dan gejala

  1. Kehilangan motorik
-          Hemiplegi
-          Hemiparesis
  1. Kehilangan komunikasi
-          Disartria (kesulitan berbicara)
-          Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)
-          Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)
  1. Gangguan persepsi
-          Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)
  1. Kerusakan fungsi kognitf dan efek psikologi
Lapang perhatian terbatas
  1. Disfungsi kandung kemih

Pemeriksaan diagnostik / penunjang

  1. Okulopletismografi (OPG)
Mengukur pulsasi aliran darah melalui arteri oftalmik
  1. Fonoangiografi karotis
Memberikan auskultasi, visualisasi langsung dan fotografik  yang mencatat bruit karotis
  1. Angiografi karotis
Menunjukkan pembuluh intrakranial dan servikal
  1. Angiografi substraksi digital
Memastikan obstruksi arteri karotis dan memberi informasi pada pola aliran darah serebral

Pengobatan

  1. Diuretik
Untuk menurunkan edema serebral  yang mrncapai tingkat maksimum 3 – 5 hari setelah infar serebral
  1. Antikoagulan
Untuk mencegah terjadi atau memberatnya trombosis atau embolisasi

Tonsilitis


TONSILITIS

A.    DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )

B.     ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1.       Streptokokus Beta Hemolitikus
2.       Streptokokus Viridans
3.       Streptokokus Piogenes
4.       Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

C.    PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

Hernia

BAB I
Pendahuluan
A.   Latar Belakang
      Penyakit Hernia  atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiringmelemahnya lapisano totot dindingperut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakanpenderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi didalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif Berasal dari bahasaLatint, herniae, yaitu menonjolnya isisuatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dindingrongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatukantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadidi daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkankarena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutupseiring dengan turunnyates testis atau buah zakar. Sementara padaorang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam ronggaperut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya ototdinding perut.Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggaldidaerah perkotaan yang notabene yang penuh denganaktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terusdipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya.